3.2.a.9 Koneksi Antar Materi-Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
7. 3.2.a.9 Koneksi Antar Materi-Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Saya Siti Zulaikah, CGP angkatan 2 akan berbagi koneksi antar materi modul 2.3.a.9 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Guru penggerak merupakan rangkaian kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan dijalankan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dikjen GTK). Program guru perggerak betujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Sebagai
seorang pendidik yang merupakan pemimpin pembelajaran maka seorang guru harus
mampu mengidentifikasi dan mengelola segala aset yang dimiliki sekolah untuk
dijadikan unggulansekolah dalam mewujudkan visi dan misi sekolah. Sekolah merupakan
sebuah ekosistem yang di dalamnya terjadi interaksi antara faktor biotik (unsur
hidup) dan abiotik (unsur tak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi untuk
menciptakan hubungan yang slaras dan harmonis. Faktor-faktor biotik saling mempengaruhi
dan membutuhkan keterlibatan satu dengan yang lain.
Berikut
adalah faktor-faktor biotok yang ada dalam ekosistem sekolah:
1. Murid
2. Kepala
Sekolah
3. Guru
4. Tenaga
kependidikan
5. Pengawas
sekolah
6. Orang
tua murid
7. Masyarakat
sekitar
Selanjutnya
faktor-faktor yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses
pembelajaran:
1. Keuangan
2. Saran dan prasarana
Untuk mewujudkan
pembelajaran yang berpihak pada murid, sekolah harus mampu memandang segala
aset (sumber daya) yang dimiliki sebagai sebuah keunggulan bukan memandang
sebagai sebuah kekurangan. Sekolah harus berfokus pada pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya yang dimiliki tanpa lebih banyak memikirkan pada sisi
kekurangan yang ada. Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah
ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:
1.
Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based
Thinking).
Pendekatan yang memusatkan perhatian
pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala
sesuatunya dilihat dengan cara pandang negatif.
2.
Pendekatan
berbasis aset (Asset-Based Thinking)
Sebuah konsep yang dikembangkan oleh
Dr. Kathryn Cramer, yaitu cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang
positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir,
memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang
menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif yang dimiliki.
Berikut
perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset:
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sekolah harus
ditekankan pada pendekatan berbasis aset yang dikenal dengan Pendekatan Komunitas
Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong
komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimiliki serta membangun
keterkaitan dari aset-aset agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA
menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan
tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di
dalam diri mereka sendiri, sehingga hasil yang diharapkan akan lebih
berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada
potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini
komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang
dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh
pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven
development.
Menurut Green dan Haines (2002) dalam bukunya yang
berjudul Asset Building and Community Development, ada 7 aset utama
atau di dalam bukunya yang disebut sebagai modal utama, yaitu: modal manusia, modal
sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik,
serta modal agama dan budaya.
Berdasarkan uraian di atas, pemimpin dalam pengelolaan
sumber daya merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengelola dan
memanfaatkan berbagai aset yang dimiliki oleh sekolahnya dalam rangka
mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di
sekolah dan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua
pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staf, siswa, orang tua siswa, dan
juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat bersama-sama memetakan segala
sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut
sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan
dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.
Modal manusia adalah salah satu aset yang paling utama yang dimiliki sekolah. Jika modal manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus mampu menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan juga pembelajaran berdiferensiasi, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih berpihak pada murid. Sekolah yang mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka segala minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan dapat berkembang dengan maksimal.
Kaitan dengan
modul 1.1 Reflektif Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hajar Dewantara
pendidikan adalah suatu proses memberi tuntunan
Kaitan dengan
modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Seorang pemimpin harus memastikan modal manusia yang dimiliki sekolah yaitu guru agar dalam kesehariannya mampu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dengan demikian maka seklah akan dapat mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila yaitu eriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.
Kaitan
dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah dan harus berpihak pada sumber daya yang dimiliki sekolah utamanya guru dan juga murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Dalam implementasi seorang pemimpin harus mampu mengelola sumber daya dengan baik terutama untuk pembelajaran di kelas. Dengan menerapkan tahapan BAGJA maka murid belajar dengan penuh semangat dan menunjukkan rasa bahagia, murid kompak dalam melaksanakan pembelajaran secara berkolaborasi, murid dapat mengembangkan potensinya dalam memanfaatkan sumber daya yang berupa lingkungan kelas yang nyaman, guru berpikir positif atas potensi murid dan menjadikan murid sebagai agen perubahan, guru dan murid merefleksikan hasil pembelajaran, guru mengevaluasi pembelajaran untuk peningkatan pembelajaran selanjutnya.
Kaitan
dengan modul 1.4 Budaya Positif
Perubahan positif yang dilakukan seorang pemimpin secara
konsisten akan melahirkan budaya positif yang salah satunya dengan cara positif
thinking.
Kaitan
dengan Modul 2 Pembelajaran Berdiferensiasi, Sosial Emosional, dan
Coaching
Dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu murid, sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan bermakna bagi murid. Potensi-potensi dan kekuatan murid dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosionalnya. Sebagai seorang pemimpin harus memahami sisi sosial emosional murid, sehingga ketika ada murid yang mengalami permasalahan maka guru akan dapat memberikan layanan berupa coaching. Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki untuk dapat dikembangkan.
Kaitan
dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Seorang pemimpin harus bijaksana dalam mengambil
sebuah keputusan dengan sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema
etika. Ada 9 langkah, 4 paradigma, dan 3 prinsip pengambilan keputusan yang
harus dipegang dan dilakukan. Dalam pengelolaan sumber daya/aset juga
dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan saat
melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.
Demikianlah ulasan
saya dalam tugas modul 3.2.a.9 tentang koneksi antar materi pemimpin dalam
pengelolaan sumber daya.
Salam
bahagia salam guru penggerak
Komentar
Posting Komentar